Tapi membuat anak belajar mengambil keputusan dan tanggung jawab. Untuk anak TK, yang baru belajar berhitung, belajar nilai uang, dan belum kuat ingatan timelinenya, bisa anda batasi jumlah atau frekuensi jajannya saja. Jika sudah bisa menghitung, dan sudah bisa mengingat timeline, bisa mulai biasakan uang saku harian. Walo mngkin uangnya masih dipegang oleh orang tua. Dan kietika anak sudah bisa berhitung, mengingat timeline (besok, lusa, kemarin, pekan depan, dst), anak sdh siap diberi uang saku harian.
Monday, 16 April 2012
Mengajarkan Uang Pada Anak
Mengajarkan pendidikan finansial pada anak sangat penting, karena jika tidak maka anak akan belajar dari lingkungan yang belum tentu baik untuknya. Ada orang tua yang tidak mau untuk mengajarkan hal tersebut, karena takut anaknya menjadi “matre”. Padahal karena tidak diajarkan, maka anak tidak punya filter mana baik dan buruk.
Pendidikan finansial pada anak sangat berkaitan dengan pola asuh orang tua. Jangan harap bisa instan, perlu proses dan orang tua pun harus ikut berubah.
Uang saku. Tujuannya bukan untuk membatasi atau mnyengsarakan anak.
Tapi membuat anak belajar mengambil keputusan dan tanggung jawab. Untuk anak TK, yang baru belajar berhitung, belajar nilai uang, dan belum kuat ingatan timelinenya, bisa anda batasi jumlah atau frekuensi jajannya saja. Jika sudah bisa menghitung, dan sudah bisa mengingat timeline, bisa mulai biasakan uang saku harian. Walo mngkin uangnya masih dipegang oleh orang tua. Dan kietika anak sudah bisa berhitung, mengingat timeline (besok, lusa, kemarin, pekan depan, dst), anak sdh siap diberi uang saku harian.
Tapi membuat anak belajar mengambil keputusan dan tanggung jawab. Untuk anak TK, yang baru belajar berhitung, belajar nilai uang, dan belum kuat ingatan timelinenya, bisa anda batasi jumlah atau frekuensi jajannya saja. Jika sudah bisa menghitung, dan sudah bisa mengingat timeline, bisa mulai biasakan uang saku harian. Walo mngkin uangnya masih dipegang oleh orang tua. Dan kietika anak sudah bisa berhitung, mengingat timeline (besok, lusa, kemarin, pekan depan, dst), anak sdh siap diberi uang saku harian.
Agar bisa belajar menahan keinginan, mengatur diri dan belajar mengambil keputusan, Anak SD akhir sudah bisa dicoba untuk diberi uang saku selama satu pekan atau tetap harian. Yang penting ada aturan konsisten. Sedangkan untuk anak SMP anda sudah boleh dikenalkan dengann uang saku pekanan. Sedangkan untuk anak SMA, sudah bisa dicoba memberikan uang saku secara bulanan atau tetap per-pekan, tergantung pada kondisi anak. Tapi jika sudah sampai pada level mahasiswa, sebaiknya anak diberikan uang saku secara bulanan saja.
Bagaimana supaya uang saku tetap ‘aman’ ditangan anak? Kunci penerapan uang saku yang perlu diperhatikan:
1. Aturan yg jelas (mana yangg masuk uang saku, mana yang tanggung jawab orang tua),
2. KONSISTEN (termasuk orang tua)
Bagaimana jika anak tidak diberikan uang saku? anak tidak diberi uang dan hanya meminta jika si anak butuh? Tanpa uang saku, anak tidak belajar untuk mengambil keputusan. Tidak perlu pilih A ato B, atau tidak perlu tunda besok sampai uang cukup. Tanpa uang saku, anak bahkan dengan enaknya tidak perlu membuat keputusan sama sekali. Mau apa saja tinggal minta sama orang tua, itu tidak baik untuk perkembangan secara psikologisnya.
Selain pemberian uang saku, ada beberapa hal yang tidak boleh dilakukan oleh orang tua dalam memberikan edukasi finansial pada anak. Apa saja itu:
1. Jangan bertransaksi tidak tunai (hutang, bayar dengan kartu) di depan anak kecil tanpa penjelasan apapun.
2. Hindari mengambil uang di ATM dengan disaksikan anak, tanpa memberikan penjelasan apapun.
Kemudian, pendidikan finansial kurang lengkap tanpa pembelajaran investasi. Mari kita telusuri lebih lanjut. Investasi atau dalam bahasa anak-anaknya sering kita sebut ‘celengan’. Pada tahap pertama, menabung untuk anak adalah dengan celengan, kalau bisa anak pilih sendiri, supaya lebih merasa tanggung jawab. Kesalahan yang sering dilakukan orang tua dalam mengajarkan anaknya menabung adalah “Sisakan uang jajan utk ditabung”, Itu cara lama dan sungguh tidak efektif. Bagaimana dengan yang efektif? katakan “Ini uang jajanmu, masukan celengan dulu, sisanya boleh dihabiskan”. Itu lebih efektif dan jauh lebih menyenangkan untuk anak. Jika perlu, orang tua bisa menambahkan setoran celengan agar anak lebih semangat. Dalam memilih ukuran celengan, jangan terlalu besar sehingga anak tidak merasa ‘putus asa’ karena celengannya tidak penuh-penuh. Mulailah dari yangg kecil terlebih dulu. Dan bagi orang tua, prinsip “Saving dulu baru shopping” berlaku untuk orang tua juga, artinya anda sebagai orang tua juga harus memberikan modeling yang baik untuk anak.
Jika sudah mulai teratur dan memiliki uang yang cukup, dan anak sudah mengerti konsep bank (usia SD), buatkan rekening untuknya di bank. It’s fun for them. Buka rekening atas nama anak, biarkan ia simpan bukunya. Jika meggunakan fasilitas ATM, simpan atau harus dalam pengawasan orang tua sampai anak siap.
Dalam hal teknisnya, Orang tua jangan “menabungkan” ke bank, tapi anak harus ikut ke bank. Berikan interaksi langsung pada anak. Ketika beranjak SMP, anda tidak perlu mengantarkan, anak sudah bisa ke bank sendiri. Ingat! Orang tua DILARANG menggunakan tabungan anak tanpa izin. Hargai usaha anak yang telah menabung.
Kemudian yang tak kalah pentingnya, ajarkan anak untuk bersedekah. Bukan hanya karena disuruh Ibu Guru di sekolah, tapi berikan pengertian tentang sedekah kepada anak, supaya ada pemahaman yang benar dan ada nilai-nilai luhur yang tertanam pada anak.
Jangan lupa juga anak untuk melihat proses anda, ajak ke kantor, toko atau pasar. Biarkan anak melihat apa yang dilakukan oleh anda. So, saatnya memberikan pendidikan finansial kepada anak sejak dini.
Ditulis oleh: Afif Husni K. (@lifehacks)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment