Hadis riwayat Abdullah bin Umar ra.: |
Dari Rasulullah saw., beliau bersabda: Ketika tiga orang pemuda sedang berjalan, tiba-tiba turunlah hujan lalu mereka pun berlindung di dalam sebuah gua yang terdapat di perut gunung. Sekonyong-konyong jatuhlah sebuah batu besar dari atas gunung menutupi mulut gua yang akhirnya mengurung mereka. |
Kemudian
sebagian mereka berkata kepada sebagian yang lain: Ingatlah amal saleh yang
pernah kamu lakukan untuk Allah, lalu mohonlah kepada Allah dengan amal
tersebut agar Allah berkenan menggeser batu besar itu. |
Saturday, 14 February 2015
Doa dengan Tawassul
Friday, 13 February 2015
Ketentuan Menunaikan Zakat dengan Uang (Qimah)
Telah diulas bahwa zakat hewan ternak dikeluarkan dengan hewan ternak pula. Zakat hasil pertanian dikeluarkan 10% atau 5% dari hasil panen. Begitu pula dengan zakat emas dan perak dikeluarkan 2,5% dari keduanya. Apakah kita harus mengeluarkan zakat sesuai dengan yang sudah ditentukan ini? Ataukah zakat boleh saja dikeluarkan dengan sesuatu yang senilai (qimah), misalnya uang?
Qimah adalah sesuatu yang senilai dengan kewajiban zakat, bisa jadi disetarakan dengan uang, makanan atau pakaian.
Qimah adalah sesuatu yang senilai dengan kewajiban zakat, bisa jadi disetarakan dengan uang, makanan atau pakaian.
Untuk pembahasan bolehkah zakat fithri ditunaikan dengan qimah, maka kita harus meninjau dari sisi zakat harta (emas, perak, mata uang, barang dagangan, hasil pertanian, hewan ternak, harta karun) dan zakat fithri.
Tuesday, 3 February 2015
Muhasabah perhitungan Amal Ibadah kita
“ Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yan beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah , sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat” (QS. Al-Baqaarah: 214)
Betapa indah dan rapinya Allah swt menempatkan pergiliran bulan. Bulan-bulan yang dua belas dalam setahun bagaikan sambung-menyambung menjadi rangkaian yang tiada pernah putus. Bukan hanya nama,tetapi juga makna. Ramadhan yang ditutup dengan Idul Fitri, bersambung dengan bulan-bulan haji yang di tutup dengan Idul Adha dan tasyrik serta berakhirnya tahun,terus bersambung dengan Muharram yang dijadikan sebagai awal tahun . Akhir tahun adalah masa yang tepat untuk menghitung perjalanan hidup setahun kebelakang, dan awal tahun adalah masa yang tepat untuk merancang hidup setahun kedepan, tentu saja dengan bercemin pada tahun sebelumnya.
Menghitung Amal Diri Pribadi
Apakah kita akan menjadi orang yang suka menganjurkan sementara justru lupa diri sendiri? Sudah semestinya kita bersyukur kepada Allah SWT yang telah menggerakkan hati kita untuk memenuhi panggilan-Nya melaksanakan shalat Jum'at. Betapa banyak saudara kita yang biasa berangkat ke masjid pada hari ini terpaksa tidak bisa hadir karena terbaring sakit. Mereka ingin memenuhi panggilan Allah, tapi apa daya kesehatan tidak memungkinkan.
Banyak juga diantara saudara kita yang pada hari ini dalam keadaan segar-bugar, sehat wal afiat tapi tidak bisa hadir di masjid untuk ruku' dan sujud kepada Sang Pencipta kehidupan. Mereka disibukkan mencari kebutuhan hidup, sehingga tidak sempat untuk mencari bekal setelah hidup. Mereka disibukkan oleh pekerjaan yang memang tidak pernah ada habisnya. Jasmani mereka siap untuk memenuhi panggilan Allah, tapi rohaninya menolak.
Banyak juga diantara saudara kita yang pada hari ini dalam keadaan segar-bugar, sehat wal afiat tapi tidak bisa hadir di masjid untuk ruku' dan sujud kepada Sang Pencipta kehidupan. Mereka disibukkan mencari kebutuhan hidup, sehingga tidak sempat untuk mencari bekal setelah hidup. Mereka disibukkan oleh pekerjaan yang memang tidak pernah ada habisnya. Jasmani mereka siap untuk memenuhi panggilan Allah, tapi rohaninya menolak.
Ibadah dan keluasan maknanya
Segala puji hanya milik Allah Ta’ala, satu-satunya Rabb yang berhak untuk diibadahi, shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammadshallallahu ‘alayhi wa sallam, beserta keluarganya, para shahabatnya, dan orang-orang yang selalu mengikuti mereka hingga hari akhir.
Kaum muslimin yang di muliakan oleh Allah Ta’ala, di antara hal yang menjadi tujuan di ciptakannya kita ke dunia adalah supaya kita senantiasa beribadah hanya kepada Allah Ta’ala, sebagaimana firman-Nya (yang artinya), “dan tidaklah Aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk beribadah hanya kepada-Ku” (QS. Adz Dzariyat : 56). Oleh karena itu, kita hendaknya benar-benar memperhatikan masalah ibadah serta mengetahui unsur-unsur yang menjadikan ibadah kita menjadi baik dan benar.
Agar ibadah kita diterima Allah SWT
Pembaca yang dirahmati Allah, sebagaimana yang kita ketahui bahwa tujuan diciptakan jin dan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah dan mentauhidkan-Nya. Namun perlu diketahui, agar ibadah kita diterima, maka harus terpenuhi syarat-syaratnya. Jangan sampai seseorang telah melakukan ibadah dengan harta dan tenaga yang besar, namun ternyata hal tersebut sia-sia karena tidak diterima disisi Allah Ta’ala, bahkan malah menjerumuskannya ke dalam neraka. Pada kesempatan ini, kami akan jelaskan sedikit mengenai syarat diterimanya ibadah.
Apa yang dimaksud dengan ibadah?
Sebagian kaum muslimin keliru dalam mendefinisikan makna ibadah. Menurut mereka, yang namanya ibadah itu sebatas hanya yang disebutkan dalam rukun islam, seperti sholat, zakat, puasa dan haji. Namun pemahaman tersebut kurang tepat. Ibadah memiliki pengertian yang lebih luas. Definisi yang dinilai paling baik adalah yang disampaikan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, beliau mendefinisikan ibadah dengan “Suatu istilah yang mencakup segala sesuatu yang dicintai Allah dan diridhai-Nya, baik berupa perkataan maupun perbuatan, yang tersembunyi (batin) maupun yang nampak (lahir)”. Sehingga termasuk kedalam ibadah adalah perkataan jujur, menunaikan amanah, berbakti kepada orang tua, menyambung silaturahmi, dan selainnya yang memiliki dalil bahwa amalan tersebut dicintai dan diridhai oleh Allah Ta’ala. (Al Ubudiyah oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah).
Sebagian kaum muslimin keliru dalam mendefinisikan makna ibadah. Menurut mereka, yang namanya ibadah itu sebatas hanya yang disebutkan dalam rukun islam, seperti sholat, zakat, puasa dan haji. Namun pemahaman tersebut kurang tepat. Ibadah memiliki pengertian yang lebih luas. Definisi yang dinilai paling baik adalah yang disampaikan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, beliau mendefinisikan ibadah dengan “Suatu istilah yang mencakup segala sesuatu yang dicintai Allah dan diridhai-Nya, baik berupa perkataan maupun perbuatan, yang tersembunyi (batin) maupun yang nampak (lahir)”. Sehingga termasuk kedalam ibadah adalah perkataan jujur, menunaikan amanah, berbakti kepada orang tua, menyambung silaturahmi, dan selainnya yang memiliki dalil bahwa amalan tersebut dicintai dan diridhai oleh Allah Ta’ala. (Al Ubudiyah oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah).
Allah SWT menginginkan kita mengerjakan amal yang beragam
Dalam surat Al-Insyirah Allah berfirman: Faidza Faraghta Fanshab....... (“Maka apabila kamu telah selesai dari satu urusan maka kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain”. (QS. Al Insyirah: 7). menegaskan agar perintah Allah kepada nabi saw dalam melakukan aktivitas dan kerja tidak mengenal kata henti dan istirahat artinya bahwa setelah menunaikan tugas dan aktivitas maka cari aktivitas dan kerja lainnya..!! karena pada hakikat amal tak kan pernah usai dalam kehidupan di dunia ini.. selama hayat masih dikandung badan maka jangan pernah berhenti dalam beramal, berbuat, bekerja dan beraktivitas terutama untuk meraih dan menggapai pahala dan ridha Allah SWT.
Perang Badar baru saja usai. Namun peristiwa itu tidak bisa hilang begitu saja di benak para sahabat. Karena Badar merupakan pengalaman mereka yang pertama dalam keramaian genderang perang. Pengalaman yang menorehkan lukisan indah sebagai sebuah potret pengorbanan dan kesetiaan pada Islam. Sehingga dalam diri mereka masih terngiang-ngiang kejadian demi kejadian yang baru mereka alami. Para sahabat saling mengomentari pengalaman unik itu dengan antusias yang ditimpali oleh sahabat lainnya dengan cerita yang lebih seru.
Perang Badar baru saja usai. Namun peristiwa itu tidak bisa hilang begitu saja di benak para sahabat. Karena Badar merupakan pengalaman mereka yang pertama dalam keramaian genderang perang. Pengalaman yang menorehkan lukisan indah sebagai sebuah potret pengorbanan dan kesetiaan pada Islam. Sehingga dalam diri mereka masih terngiang-ngiang kejadian demi kejadian yang baru mereka alami. Para sahabat saling mengomentari pengalaman unik itu dengan antusias yang ditimpali oleh sahabat lainnya dengan cerita yang lebih seru.
Subscribe to:
Posts (Atom)