Tuesday, 3 February 2015
Muhasabah perhitungan Amal Ibadah kita
“ Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yan beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah , sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat” (QS. Al-Baqaarah: 214)
Betapa indah dan rapinya Allah swt menempatkan pergiliran bulan. Bulan-bulan yang dua belas dalam setahun bagaikan sambung-menyambung menjadi rangkaian yang tiada pernah putus. Bukan hanya nama,tetapi juga makna. Ramadhan yang ditutup dengan Idul Fitri, bersambung dengan bulan-bulan haji yang di tutup dengan Idul Adha dan tasyrik serta berakhirnya tahun,terus bersambung dengan Muharram yang dijadikan sebagai awal tahun . Akhir tahun adalah masa yang tepat untuk menghitung perjalanan hidup setahun kebelakang, dan awal tahun adalah masa yang tepat untuk merancang hidup setahun kedepan, tentu saja dengan bercemin pada tahun sebelumnya.
Makna Muhasabah
Muhasabah atau perhitungan bukanlah istilah yang aneh bagi kita. Intinya adalah menghitung aktivitas hidup yang kita jalankan dalam periode tertentu. Tentu saja hal ini sangat penting sebagai upaya untuk mengetahui nilai hidup yang kita peroleh, apakah untung atau rugi, apakah terjadi peningkatan atau penurunan, apakah terdapat kemajuan atau kemunduran. Dan tidaklah mungkin kita mengetahui semua itu, kecuali kita melakukan evaluasi terhadap kemungkinan nilai-nilai yang kita peroleh.
Jika nilai-nilai kebaikan rendah dan nilai keburukan tinggi, tentu kita termasuk golongan orang yang rugi. Dan sebaliknya ,jika nilai kebaikan tinggi dan nilai keburukan rendah ,Insya Allah kita termasuk golongan orang-orang yang beruntung. Barang siapa yang hari ini lebih baik dari kemarin, maka dia beruntung, barang siapa yang hari ini sama dengan kemarin , maka dia merugi, dan barang siapa yang hari ini lebih buruk dari kemarin, maka dia bangkrut. Dalam hal apapun , agar proses perhitungan itu lebih mudah, maka hendaklah kita memperpendek periode atau interval waktu. Demikian juga dalam muhasabah amaliyah kehidupan kita. Rsaulullah saw dalam sebuah hadits bersabda: ”Diantara shalat lima waktu, dari jum’at ke jum’at dan dari ramadhan ke ramadhan, adalah kaffarat diantara keduanya.”(HR Muslim).
Dari hadits tersebut kita bisa mengambil ibroh bahwa muhasabah senantiasa kita lakukan setiap hari, bahkan setiap selesai shalat fardhu. Atas perilaku ini, Rasulullah bahkan menyematkan predikat ahli syurga salah satu sahabatnya, yakni kepada seorang sahabat yang senantiasa setiap sebelum tidur bermuhasabah menghilangkan rasa ghil dalam hatinya kepada seluruh orang yang ditemuinya hari itu. Selanjutnya muhasabah juga hendaklah dilakukan setiap pekan yaitu setiap jum’at, setiap bulan dengan ayamul bidh, dan setiap tahun dengan disimbolkan dengan ramadhan. Allah menetapkan waktu-waktu tertentu untuk beribadah agar jangan sampai penundaan mencegahmu dari mengerjakannya, dan Allah memperluas waktunya supaya tetap ada bagimu kesempatan memilih. (AL-Hikam, Ibnu Athailah. Hal.274).
Semakin sering frekuensi muhasabah, semakin jelas “nilai” diri kita. Dan dampak positifnya adalah semakin jelas amal mana yang harus ditingkatkan dan amal mana yang harus ditinggalkan. Dari makna tersebut , kita bisa melihat urgensi muhasabah. Secara ringkas, kita bisa menarik kesimpulan mengapa muhasabah itu penting , diantaranya : Interaksi kita dengan berbagai kesibukan dunia seringkali melalaikan kita dan membuat kita lupa, sehingga kita menjadi lebih memperturutkan hawa nafsu belaka. Akibatnya, kita melalaikan hak dan kewajiban kita yang hakiki sebagai seorang hamba Allah SWT. Dengan demikian, muhasabah menjadi salah satu wasilah yang penting untuk mengembalikan arah tujuan kita, mengoreksi kesalahan-kesalahan dan pada akhirnya menjadi jalan untuk meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT.
Apa yang kita Evaluasi ?
Jika kita bercermin pada diri kita, siapa kita dan bagaimana kita, maka muhasabah hendaklah meliputi kesemuanya. Hisablah bagaiman hubungan kita dengan Allah,apakah nikamatnya yang tak pernah terputus sudah kita balas dengan syukur yang seharusnya juga tidak pernah terputus.
Hisablah bagaimana kita memenuhi hak dan kewajiban kepada diri dan keluarga kita, sudahkah hak-hak ruh, akal dan jasad kita tunaikan. Hisablah bagaimana interaksi kita dengan makhluk yang lain, terutama dengan sesama manusia, sudahkah kita menjalin persaudaraan dengan mereka dan memenuhi hak dan kewajibannya . Ada dua sisi yang selalu kita ingat yaitu segala kesalahan yang kita lakukan kepada orang lain dengan segala kebaikan yang orang lain lakukan kepada kita. Demikian juga sebaliknya , ada dua sisi yang harus kita senantiasa lupakan, yaitu segala kebaikan kita kepada orang lain dan segala keburukan orang lain kepada kita. Jika kita merinci amal dan semua hal yang perlu kita hisab, tentu sangatlah banyak. Namun ,sebagai seorang mukmin , ada beberapa hal yang penting yang harus menjadi bahan evaluasi dan muhasabah kita, yaitu :
1 AQIDAH
Inti dari muhasabah terhadap aqidah kita adalah dua hal, yaitu jangan sampai terkotori oleh syirik, baik syirik khofi (riya), syirik ashgar (kecil), apalagi syirik akbar (besar) dan senantiasa menjaga tauhid uluhiyyah, tauhid rububiyyah dan tauhid mulkiyyah
2 IBADAH
Demikian juga dalam muhasbah terhadap ibadah kita, juga ada dua hal yaitu agar niat ibadah kita tetap terjaga keikhlasannya dan senantiasa ittiba’ rasul dalam tatacara ataua kaifiyatnya. Dua hal inilah yang menjadi penentu kualitas ibadah kita. Jangan pernah merasa bahwa ibadah kita sudah berkualitas ,karena tidak akan pernah kita bisa meraih kualitas ibadah sebaik Rasulullah saw, oleh karenanya tutupilah dengan meningkatkan kuantitasnya yakni dengan ibadah sunnah.
3 MUAMALAH
Meskipun muamalah itu hukum asalnya boleh selama tidak ada dalil yang melarang, namun juga perlu kita tanamkan dalam hati bahwa dosa kita dalam muamalah tidak terhapus dengan tobat,tanpa mendapatkan maaf dari orang yang kita perbuat dosa kepadanya. Maka bayangkanlah satu persatu orang yang kita berinteraksi dengannya, dan telitilah, adakah dosa atau kesalahan dalam prasangka, ucapan atau perilaku kita kepadanya. Adakah kewajiban kita bagi orang lain yang belum tertunaikan, seperti janji yang tidak kita penuhi?
4 DAKWAH
Jika kita mengaku seorang mukmin, maka dakwah adalah sesuatu yang melekat dengan kita. Adakah upaya kita untuk mendakwahi keluarga, tetanggadan masyarakat kita. Berapa banyak orang yang kita seru untuk menjauhi kemungkaran. Berapa banyak kalimat kebaikan yang kita ucapkan atau kita tulis sehingga bisa mengingatkan sesama manusia? Semuanya tidak lain sebagai upaya kita untuk senantiasa meningkatkan amal kita , dan harapan kita adalah bertambahnya bekal kita menuju Allah SWT.
Kita sadar bahwa perjalanan yang akan kita tempuh begitu panjang, maka tidaklah kita bisa melaluinya kecuali kita menyediakan bekal yang cukup? Dan hendaknya kita senantiasa mengingat bahwa sebanyak apapun bekal itu, niscaya kita tidak akan pernah merasa cukup!
Wallahu a’lam
Source : http://boyothc.blogspot.com/2011/01/muhasabah-atau-perhitungan-amal-ibadah.html
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment