Seorang mahasiswa sedang mengadakan studi lapangan dan mewawancarai seorang peternak ayam. Yang bernama Mukidi
Mahasiswa: “Makanan apa yang Bapak berikan untuk ayam-ayam Bapak?” Mukidi: “Yang mana dik, yang putih atau yang hitam?” Mahasiswa: “Yang putih.” Mukidi: “Campuran dedak, jagung dan beberapa bahan lainnya.” Mahasiswa: “Kalau yang hitam?” Mukidi: “Yang hitam juga..”
Mahasiswa: “Berapa banyak makanan mereka per hari?” Mukidi: “Yang mana, yang putih atau yang hitam?” Mahasiswa: “Yang putih..” Mukidi: “Kurang lebih 2 ons per ekor per hari.” Mahasiswa: “Kalau yang hitam?”
Mukidi: “Yang hitam juga..”
Mahasiswa: “Berapa telur yang dihasilkan per tahun?” Mukidi: “Yang mana, putih atau hitam?” Mahasiswa : “Yang putih..” Mukidi: “Rata-rata 250 butir per tahun per ekor.”
Mahasiswa: “Kalau yang hitam??” Mukidi: “Yang hitam juga..” Mahasiswa: “Maaf Pak, kenapa sih Bapak selalu menanyakan yang putih atau hitam, padahal jawabannya selalu sama?” Mukidi: “Tentu saya harus membedakannya, karena yang putih itu milik saya sendiri.” Mahasiswa: “Ooo.. Begitu, kalau yang hitam?” Mukidi: “Yang hitam juga.”
Hidup itu sebuah permainan dan senda gurau. Dalam sebuah permainan, ada menang dan kalah. Beberapa permainan kemudian melibatkan unsur uang. Ketika permainan melibatkan uang, maka bukan hanya menang dan kalah, tapi untung dan rugi.
Pemenang biasanya identik dengan pihak yang untung. Adapun yang kalah identik dengan rugi. Karena menang itu untung, maka enak. Karena kalah itu rugi, maka tidak enak. Rugi itu bisa berarti macam-macam. Bisa berarti kehilangan uang, ini ketika pihak yang rugi harus membayar. Bisa berarti kehilangan pekerjaan, jika pihak yang rugi dianggap berperforma buruk sehingga harus kehilangan pekerjaannya.
Sedemikian besar rasa tak mau kalah ini mendorong orang membuat kondisi kalau saya kalah, maka kekalahannya hanya sedikit. Di satu sisi, orang yang sama tetap berpendapat, kalau menang harus maksimal. Itu yang terjadi ketika Bursa Efek Indonesia, atas restu Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menetapkan aturan Auto-rejection assimetris. Begini: ide awalnya adalah, perdagangan itu harus berlangsung adil. Perdagangan harus adil karena jika ada kecurangan maka minat orang untuk transaksi berkurang. Minat perdagangan berkurang, maka tak ada perdagangan. Tidak ada perdagangan berarti tak ada perekonomian. Tidak ada perekonomian berarti tak ada orang yang makan.
Mukidi sedang bermain golf di Pondok Indah Golf ketika tiba-tiba hp di sampingnya berbunyi. Diambilnya hp tersebut dan dia aktifkan speakernya sambik menjawab. Percakapannya:
Mukidi "Halo ?" Suara Wanita: "Papi, ini Mami. Papi lagi di Pondok Indah golf ya?" Mukidi: "Iya" Suara Wanita: "Baguslah, Mami lagi di Mall Gandaria City. Eh, barusan Mami lihat ada tas kulit impor, keren banget lho Pi. Boleh gak Mami beli?" Mukidi: "Berapa duit ?" Suara Wanita: "Murah Pi, cuman 50 juta-an. Ini udah diskon 30% lho" Mukidi: "Hmm, ya udah kalau Mami suka, beli aja" Suara Wanita: "Pi sebelumnya Mami kan sempet mampir ke dealer BMW & kepincut model terbaru-nya. Itu lho Pi yg pernah Mami tunjukin brosurnya ke Papi. Cepet juga ya udah masuk kesini. Kan Mami ngobrol ama salesnya. Eh, terus Mami masa dikasih harga spesial... Ya mungkin karena Mami cerita tuh kalau Papi nggak pernah mau naik mobil selain BMW. Lagian kan Ferari Mami udah pasaran Pi.. Udah banyak yg punya"
Karena terburu-buru, pada suatu sore mukidi mengendarai mobil dengan keepatan tinggi dan menerobos lamppu lalu lintas. Terlihat seorang polisi mengejar dan berhasil menghentikan Mukidi.
Polisi : "Selamat malam Pak. Tolong lihat SIM-nya". Mukidi : "Wah, nggak ada Pak. SIM saya sudah dicabut gara-gara terlalu sering ditilang". Polisi : (Menyeringai) "Oya .? Kalau begitu, tolong perlihatkan STNK-nya". Mukidi : "Nggak punya Pak. Soalnya ini bukan mobil saya. Ini mobil saya dapat nyuri....". Polisi : "Mobil curian?" Mukidi : "Benar Pak. Tapi, tunggu sebentar. Kalau nggak salah ingat, saya lihat ada STNK di kotak P3K di jok belakang waktu saya menyimpan Golok sama Kapak yang masih ada darahnya di sana" Polisi : "Apaaaa...??? Ada Golok dan Kapak..??? Mukidi : "Iya Pak. Saya menaruh Golok sama Kapak saya di sana ketika saya selesai merampok dan membunuh seorang eksekutif muda yang menyalip mobil saya dan menaruh mayatnya di bagasi." Polisi : "Haaahhh...??? Ada mayat pria juga di bagasi...??" Mukidi : "Iya betul, Pak..!".(dengan muka dingin)
3 tahun yang lalu Mukidi memelihara seorang 'istri muda' di BSD Tangerang, lalu dia membeli satu rumah mewah 2 lantai di daerah elite di Foresta seharga Rp. 1,8 M dan memberikan biaya hidup Rp.15 juta / bln untuk "istri muda"...
Bulan lalu Mukidi putus sama "istri muda", dan rumah itu di jual. Ternyata laku terjual dgn harga Rp. 4,7 M, Lalu Mukidi mulai menghitung semua biaya yang sudah dikeluarkan selama ini: Biaya bulanan Rp 15jt x 36 (3thn) = Rp 540 Jt Beli Rumah : Rp. 1,8 M Total investasi 2,340 M Harga jual rmh 4,7M TERNYATA Sisa Rp. 2,36 M.
Berarti Mukidi masih dapat Keuntungan serta bonus "CUMA-CUMA" selama 3 tahun. Akhirnya............. dihari ahad yg lalu Mukidi meminta maaf atas perselingkuhannya tersebut kepada istri yang cantik tapi agak telat mikir, sambil memnyerahkan uang sebesar 2.36M itu.
Istri Mukidi marah besar, sehingga dia ditempeleng dan diomelin oleh istrinya Istri saya bilang : "Dasar laki-laki goblok...! Kenapa nggak sekalian loe pelihara 2 atau 3 istri muda kalo tahu ada investasi bagus begini !!!???".
Betapa DAHSYAT nya Profit investasi PROPERTI !!! Investasi cerdas dalam bentuk Istri muda...
Simpang siur informasi beberapa minggu terakhir membuat banyak orang galau, tak terkecuali Mukidi. Maklum, ia adalah seorang karyawan yang selama ini sudah taat pajak. Saban bulan gaji yang diterimanya sudah dipotong pajak, PPh Pasal 21, oleh perusahaan tempatnya bekerja. Lalu apakah nasibnya harus sama dengan kabar viral seorang pensiunan yang harus ikut tax amnesty dan membayar tebusan puluhan juta rupiah? Jika iya, betapa tak adilnya program pemerintah ini. Sontak Mukidi naik pitam dan buru-buru meraih laptop untuk ikut menandatangani petisi online kepada Presiden Jokowi!
Kegalauan Mukidi adalah sesuatu yang wajar. Ia bersama jutaan karyawan yang menjadi wajib pajak selama ini telah menjadi wajib pajak patuh, istilah yang sesungguhnya tak cukup jelas kecuali merasa pajaknya telah dipotong, dibayar, dan SPT dilaporkan tepat waktu. Namun bukan Mukidi kalau sekedar menyerah pada informasi viral yang berpotensi membalik fakta menjadi fitnah. Ia pun mencari tahu lebih dalam, menguji pemahaman dan mengkonfrontasi informasi itu dengan bunyi Undang-undang dan aturan supaya semuanya terang benderang. Mukidi pun terbelalak!
Mukidi, salesman PT Sim Salabim berbicara serius dengan salah seorang sahabatnya, Paijo.
Mukidi: Aku punya rahasia untuk cepat kaya. Mau?
Paijo: Ah, paling-paling nawarin investasi kambing lagi.
Mukidi: Bukan. Kali ini jauh lebih dahsyat, bro
Paijo tampaknya mulai tertarik.
Mukidi: PT Sim Salabim punya bisnis bagus, tapi butuh tambahan modal. Profit 30% sebulan. Orang sekampung sudah ikut investasi. Ayo cepat ikutan, bro, jangan sampai gagal kaya.
Paijo: Bisnis apaan bisa mencetak profit segede itu?
Mukidi: Ternak tuyul, bro
Mukidi memang lucu. Investasi Mukidi adalah investasi yang lucu alias aneh bin ajaib. Mana mungkin investasi memberikan keuntungan begitu tinggi. Bagi orang yang mengerti keuangan, tawaran investasi Mukidi adalah banyolan. Sayang, masih banyak masyarakat Indonesia buta tentang keuangan. Akibatnya, korban investasi Mukidi sudah, sedang dan akan terus berjatuhan. Bagi korban, investasi Mukidi sama sekali tidak lucu.