Monday, 28 March 2011
Untuk Menjadi Pemenang perlu Kesabaran Tanpa Batas
Di suatu sore, seorang anak bernama Syamil datang kepada ayahnya yang sedang baca koran. “Ayah, ayah” kata sang anak. “Ada apa Syamil?” tanya sang ayah.
“Aku capek, sangat capek … aku capek karena aku belajar mati matian untuk mendapat nilai bagus, sedang temanku bisa dapat nilai bagus dengan menyontek… aku mau menyontek saja! Aku capek. sangat capek!
Aku capek karena aku harus terus membantu ibu membersihkan rumah, sedang temanku punya pembantu, aku ingin kita punya pembantu saja! Aku capek, sangat capek!
Aku capek karena aku harus menabung, sedang temanku bisa terus jajan tanpa harus menabung aku ingin jajan terus!
Aku capek, sangat capek karena aku harus menjaga lisanku untuk tidak menyakiti, sedang temanku enak saja berbicara sampai aku sakit hati.
Aku capek, sangat capek karena aku harus menjaga sikapku untuk menghormati teman-temanku, sedang teman-temanku seenaknya saja bersikap kepada ku.
Aku capek ayah, aku capek menahan diri… Aku ingin seperti mereka… Mereka terlihat senang, aku ingin bersikap seperti mereka Ayah!” Syamil mulai menangis.
Kemudian sang ayah hanya tersenyum dan mengelus kepala anaknya sambil berkata ”Syamil… ayo ikut ayah, ayah akan menunjukkan sesuatu kepadamu.”
Lalu sang ayah menarik tangan Syamil, kemudian mereka menyusuri sebuah jalan yang sangat jelek, banyak duri, serangga, lumpur, dan ilalang. Lalu Syamil pun mulai mengeluh ”Ayah mau kemana kita? Aku tidak suka jalan ini, lihat sepatuku jadi kotor, kakiku luka karena tertusuk duri, badanku dikelilingi oleh serangga, berjalanpun susah karena ada banyak ilalang… aku benci jalan ini Ayah!” sang ayah hanya diam.
Sampai akhirnya mereka sampai pada sebuah telaga yang sangat indah, airnya sangat segar, ada banyak kupu kupu, bunga bunga yang cantik, dan pepohonan yang rindang.
“Wwaaaah… tempat apa ini Ayah? Aku suka! Aku suka tempat ini!” sang ayah hanya diam dan kemudian duduk di bawah pohon yang rindang beralaskan rerumputan hijau.
“Kemarilah Anakku, ayo duduk di samping ayah” ujar sang ayah, lalu Syamil pun ikut duduk di samping ayahnya.
”Syamil, tahukah Kau mengapa di sini begitu sepi? Padahal tempat ini begitu indah?” tanya sang ayah.
”Tidak tahu ayah, memangnya kenapa?” sahut Syamil balik bertanya.
Sambil memandang mata anaknya, sang ayah menjawab ”Itu karena orang-orang tidak mau menyusuri jalan yang jelek tadi, padahal mereka tau ada telaga di sini, tetapi mereka tidak bisa bersabar dalam menyusuri jalan itu”
”Ooh… berarti kita orang yang sabar ya Yah? Alhamdulillah” sahut Syamil, tampak senang.
”Nah, akhirnya kau mengerti” kata sang ayah. ”Mengerti apa? aku tidak mengerti” kata Syamil keheranan.
”Syamil…. butuh kesabaran dalam belajar, butuh kesabaran dalam bersikap baik, butuh kesabaran dalam kujujuran, butuh kesabaran dalam setiap kebaikan agar kita mendapat kemenangan, seperti jalan yang tadi. Bukankah Kau harus sabar saat ada duri melukai kakimu, Kau harus sabar saat lumpur mengotori sepatumu, Kau harus sabar melawati ilalang dan Kau pun harus sabar saat dikelilingi serangga, dan akhirnya semuanya terbayar kan? Ada telaga yang sangat indah. Seandainya Kau tidak sabar, apa yang Kau dapat? Kau tidak akan mendapat apa apa anakku. Oleh karena itu bersabarlah anakku” sang ayah menjelaskan.
”Tapi ayah, tidak mudah untuk bersabar” sahut Syamil sambil menatap ayahnya dengan wajah yang ciut.
Sambil memegang tangan anaknya, ia meyakinkan ”Aku tau, oleh karena itu ada ayah yang menggenggam tanganmu agar Kau tetap kuat. Begitu pula hidup, ada ayah dan ibu yang akan terus berada di sampingmu agar saat Kau jatuh, kami bisa mengangkatmu. Tapi… ingatlah Anakku… ayah dan ibu tidak selamanya bisa mengangkatmu saat Kau jatuh, suatu saat nanti, Kau harus bisa berdiri sendiri… maka jangan pernah kau gantungkan hidupmu pada orang lain. Jadilah dirimu sendiri… seorang pemuda muslim yang kuat, yang tetap tabah dan istiqomah karena ia tahu ada Allah di sampingnya… maka kau akan dapati dirimu tetap berjalan menyusuri kehidupan saat yang lain memutuskan untuk berhenti dan pulang… maka kau tau akhirnya kan?”
”Ya ayah, aku tau.. aku akan dapat surga yang indah yang lebih indah dari telaga ini… sekarang aku mengerti… terima kasih ayah. Aku akan tegar saat yang lain terlempar” Sang ayah hanya tersenyum sambil menatap wajah anak kesayangannya.
Friday, 25 March 2011
Allah SWT Menguji kita sesuai tingkatan Iman ummatNya
Tiada seorangpun yang tiada pernah merasakan ujian.Demikian pula jika seseorang telah menyatakan beriman, maka untuk membuktikan keimanannya ujian akan terus menyertainya.
Ujian yang datang adalah untuk membuktikan keimanan kita kepada Allah. Apakah kita masih berharap kepada Allah dan tetap berpegang teguh kepada agama ataukah kita akan lari dan berpaling dari Allah SWT. Jadi mustahil orang orang yang menyatakan dirinya beriman kepada Allah akan hidup di dunia tanpa adanya ujian yang datang dari Allah SWT
Allah Ta’ala berfirman
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (QS. al-Ankabut: 2-3)
Perlu diketahui, ujian yang datang tidak semata berwujud kesusahan dan kesakitan, tetapi terkadang hadir dalam bentuk kesenangan dan keuntungan materi (kekayaan), sebagaimana termaktub dalam surat Al-Anbiyah ayat 35. ada pula yang berupa ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan (QS al-Baqarah [2]: 155). Harta dan anak keturunan juga bisa menjadi ujian (QS al-Anfal [8]: 28).
Dan hendaknya kita yakin akan takdir Allah, baik dan buruknya. Karena ini merupakan hal yang penting sekali bagi seseorang yang ditimpa musibah. Ketika dia yakin, insya Allah musibah itu akan terasa ringan bagi kita. Oleh karena itu, kita harus yakin sesungguhnya segala cobaan dan musibah yang menimpa kita tidak lepas dari takdir Allah.
Allah ta’ala berfirman:
Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri. (QS. al-Hadid: 22-23
Adapun tujuan umum diberikannya ujian kepada manusia adalah : 1.Membersihkan dan memilih mana orang mukmin sejati,mana yang munafik; 2.Mengangkat derajat dan menghapuskan dosa; 3.Membentuk menempa kepribadian,sehingga menjadi pembela kebenaran sejati.
Bersyukur (Sabar, Ikhtiar dan Tawakkal)
Pada hakikatnya, guncangan dan ketenangan, kesusahan dan kemudahan, kegagalan dan kesuksesan, semua adalah nikmat yang patut kita syukuri. Karena di sanalah sebenarnya tersimpan banyak hikmah. Lewat dua keadaan yang berlawanan tersebut, akan ada keseimbangan dalam hidup kita. Keadaan tersebut tentu akan memberikan kesempatan kepada kita untuk lebih mengingat dan mendekatkan diri pada Allah, asalkan kita tidak memutuskan untuk berhenti. Itulah makna sabda Rasulullah SAW, ”Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusan adalah kebaikan baginya, dan hal ini tidak diberikan kepada seorangpun kecuali orang mukmin. Jika mendapat kesenangan ia bersyukur dan itu adalah baik baginya, dan jika ditimpa bencana maka ia selalu bersabar dan itu adalah baik baginya.” (Shahih Muslim: 5318).
Kesenangan, kebahagiaan dan kenikmatan mengajarkan kita bagaimana bersyukur dan bergiat dalam beramal dan berbagi sehingga Allah pun menambahkan nikmat-Nya lebih banyak lagi. Sedangkan ujian, cobaan dan kesusahan akan menciptakan kehati-hatian dan memberikan peringatan dini agar tidak larut dalam kemaksiatan.
Musibah bisa melatih kesabaran. Bukankah kita butuh kesabaran dalam segala hal? Kita tidak akan dapat teguh di atas al-haq kecuali dengan bersabar dalam mentaati Allah, kita tidak akan dapat menjauhi kebatilan kecuali dengan cara sabar untuk tidak bermaksiat kepada Allah. Alangkah indahnya kesabaran itu, dan kesabaran adalah bekal yang dapat mengantarkan ke surga yang penuh dengan keabadian
Dalam musibah ada pelajaran tauhid, keimanan dan tawakal. Bukankah kita jadi mengetahui bahwa kita adalah hamba yang lemah dan tidak memiliki daya atau upaya, kecuali hanya dari Allah semata, maka bertawakallah hanya kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal, serta kembali kepada-Nya karena Allah Maha Mampu dalam segala hal. Kita hanyalah hamba yang lemah dan dhaif, maka kembalilah kepada yang Maha Perkasa lagi Maha Berkuasa
Musibah mengingatkan kita akan karunia dan nikmat-nikmat Allah yang diberikan kepada kita, dalam bentuk kesehatan.dimana kita merasakan sehat selama bertahun-tahun, tapi kita lalai akan hal itu, tatkala dengan tiba-tiba nikmat sehat itu hilang kita baru sadar akan nikmatnya sehat. Betulah apa yang dikatakan seseorang:
“Kesehatan bagai mahkota yang ada di atas kepala orang-orang yang sehat, yang tidak dilihat kecuali oleh orang-orang yang sakit”.
Semakin tinggi pohon, maka semakin besar pula angin yang akan menerpanya.Dalam memberikan ujian kepada hamba-NYA, ALLAH selalu mempertimbangkan kadar iman yang ada pada hambanya tersebut.Semakin baik imannya,semakin berat pula ujiannya,sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah Saw.
Dalam Hadistnya Tingkat berat ringannya ujian di sesuaikan dengan kedudukan manusia itu sendiri.Orang yang banyak mendapat ujian itu adalah para nabi,kemudian baru yang lebih dekat derajatnya kepada mereka yang berurutan secara bertingkat.Orang di uji menurut tingkat ketaatannya kepada agama.Jika dia sangat kuat dalam agamanya,maka sangat kuat pula ujian baginya, dan jika lemah dalam agamanya,di uji pula oleh ALLAH sesuai dengan tingkat ketaatan kepada agamanya.Demikian bala dan ujian itu senantiasa di timpahkan kepada seorang hamba sampai ia di biarkan berjalan di muka bumi tanpa dosa apapun”(HR.Tarmizi).
Dan perlu dipahami pula, bahwa Allah tidak pernah menguji seseorang di luar batas kemampuannya. Allah tidak akan menguji orang yang derajat dan kemampuannya rendah dengan ujian yang berat.
Dan sebaliknya, Allah tak akan menguji orang yang derajatnya tinggi dengan ujian yang ringan.
Allah mengatakan, “Allah tidak akan memberikan beban (taklif) kepada seseorang di luar batas kemampuannya.” (TQS. Al Baqarah [2] : 286
Antara Adab ketika ditimpa musibah ialah:
1Percaya bahawa Allah Taala tidak sesekali akan menzalimi diri kita
Jika manusia mahu menerima musibah itu umpama suatu teguran, dia tidak akan cepat melatah seraya berputus asa. Bahkan dia sanggup menerimanya umpama satu cambukan yang membangkitkan semangat bagi memperbaiki diri.AllahSWT tidak sesekali menzalimi hamba-Nya. Ujian itu tujuannya adalah untuk membelai hati supaya lebih sensitif, peka dan waspada atas segala kesilapan yang dilakukan. Allah SWT sayang kepada kita dan mahu kita berada dekat di sisi-Nya ketika lemah dan perlukan pertolongan.
2.meyakini musibah itu menyimpan rahmat yang besar disebaliknya
3. Banyak mengingat nikmat Allah yang sudah dirasakan
Ketika sedih eloklah membaca surat Addhuha yang akan menghapus rasa sedih dan putus asa.nabi SAW pernah merasa sedih karena terputusnya wahyu agak lama.sampai istri abu lahab mencela Rasulullah.maka Allah berfirman:yang bermaksud
“Tuhanmu tidak sesekali meninggalkanmu dan tidak pula membencimu
Mengapa kita berasa Allah meninggalkan dan membenci kita ketika musibah datang??perasaan ini sebenarnya berasal dari hasutan syaitan supaya kita berputus asa dari rahmatNYA.
FirmanNYA lagi dalam surat Addhuha yang bermaksudnya “Dan sesungguhnya akhirat itu lebih baik bagimu dari kehidupan dunia. Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan kurnia-Nya kepadamu lalu kamu menjadi puas.”
Ayat ini seolah-olah memujuk kita supaya tabah dan menganggap kecil segala urusan dunia jika dibandingkan dengan akhirat. Ia juga menyuruh kita untuk yakin dengan janji Allah SWT yang akan menggantikan kesusahan dunia dengan kesenangan akhirat yang abadi.
Kemudian Allah berfirman lagi dalam surah Addhuha bermaksud
“Bukankah Dia mendapatimu sebagai anak yatim, lalu Dia melindungimu. Dia mendapatimu sebagai orang yang kehilangan arah lalu memberi petunjuk bagimu. Dan Dia mendapatimu sebagai orang yang serba kekurangan lalu mencukupimu.”
Hati kita pasti kembali disentuh dengan kalimat yang begitu menghiris perasaan. Betapa Allah SWT amat mengasihani diri yang tidak memiliki apa-apa ini. Jika boleh ditimbang yang manakah lebih banyak musibah atau nikmat yg kita rasakan didunia ini?? Sungguh biadapnya lidah yang pernah berkeluh-kesah dan hati yang tidak mahu bersyukur di atas segala ketentuan-Nya.
4. Segala sesuatu akibat daripada perbuatan tangan yang zalim
Apakah dosa kita sehingga harus menerima musibah ini? Soalan sebegini bukan bermaksud tidak reda dengan ketentuan Allah SWT, tetapi lebih kepada sikap mencari keaiban diri dan mahu bermuhasabah untuk lebih meningkatkan iman dan amal shalih
Manusia memang rentan dalam berbuat kesalahan.terkadang tanpa sadar kita berbuat keliru dalam keputusan sehingga Allah tidak rido.
Sudah pasti setiap sesuatu menyimpan hikmah di sebaliknya. Terpulang kepada diri sendiri bertanya,apakah menerima musibah sebagai suatu peringatan daripada Allah SWT atau langsung membutakan mata dan hati atas kesilapan yang pernah dilakukan?
Tiada manusia yang lepas dari ujian, Bahkan Nabi dan Rasul menerima ujian yang jauh lebih berat dan tidak mampu dipikul oleh manusia biasa. Bukan bermakna ujian itu merendahkan iman seseorang, bahkan ia akan melonjakkannya ke tempat yang paling tinggi.
Berbahagialah orang yang diuji jika mereka reda dan sedikitpun tidak berubah hati kepada Allah Taala. Kita perlu membuktikan kepada Allah SWT bahwa diri ini tidak pernah berubah di dalam mencintai-Nya, biar senang ataupun susah.
oleh : Mira Deswita dari :
http://cahyaiman.wordpress.com/2011/02/23/ujian-iman-seorang-mukmin/
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (QS. al-Ankabut: 2-3)
Perlu diketahui, ujian yang datang tidak semata berwujud kesusahan dan kesakitan, tetapi terkadang hadir dalam bentuk kesenangan dan keuntungan materi (kekayaan), sebagaimana termaktub dalam surat Al-Anbiyah ayat 35. ada pula yang berupa ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan (QS al-Baqarah [2]: 155). Harta dan anak keturunan juga bisa menjadi ujian (QS al-Anfal [8]: 28).
Dan hendaknya kita yakin akan takdir Allah, baik dan buruknya. Karena ini merupakan hal yang penting sekali bagi seseorang yang ditimpa musibah. Ketika dia yakin, insya Allah musibah itu akan terasa ringan bagi kita. Oleh karena itu, kita harus yakin sesungguhnya segala cobaan dan musibah yang menimpa kita tidak lepas dari takdir Allah.
Allah ta’ala berfirman:
Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri. (QS. al-Hadid: 22-23
Adapun tujuan umum diberikannya ujian kepada manusia adalah : 1.Membersihkan dan memilih mana orang mukmin sejati,mana yang munafik; 2.Mengangkat derajat dan menghapuskan dosa; 3.Membentuk menempa kepribadian,sehingga menjadi pembela kebenaran sejati.
Bersyukur (Sabar, Ikhtiar dan Tawakkal)
Pada hakikatnya, guncangan dan ketenangan, kesusahan dan kemudahan, kegagalan dan kesuksesan, semua adalah nikmat yang patut kita syukuri. Karena di sanalah sebenarnya tersimpan banyak hikmah. Lewat dua keadaan yang berlawanan tersebut, akan ada keseimbangan dalam hidup kita. Keadaan tersebut tentu akan memberikan kesempatan kepada kita untuk lebih mengingat dan mendekatkan diri pada Allah, asalkan kita tidak memutuskan untuk berhenti. Itulah makna sabda Rasulullah SAW, ”Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusan adalah kebaikan baginya, dan hal ini tidak diberikan kepada seorangpun kecuali orang mukmin. Jika mendapat kesenangan ia bersyukur dan itu adalah baik baginya, dan jika ditimpa bencana maka ia selalu bersabar dan itu adalah baik baginya.” (Shahih Muslim: 5318).
Kesenangan, kebahagiaan dan kenikmatan mengajarkan kita bagaimana bersyukur dan bergiat dalam beramal dan berbagi sehingga Allah pun menambahkan nikmat-Nya lebih banyak lagi. Sedangkan ujian, cobaan dan kesusahan akan menciptakan kehati-hatian dan memberikan peringatan dini agar tidak larut dalam kemaksiatan.
Musibah bisa melatih kesabaran. Bukankah kita butuh kesabaran dalam segala hal? Kita tidak akan dapat teguh di atas al-haq kecuali dengan bersabar dalam mentaati Allah, kita tidak akan dapat menjauhi kebatilan kecuali dengan cara sabar untuk tidak bermaksiat kepada Allah. Alangkah indahnya kesabaran itu, dan kesabaran adalah bekal yang dapat mengantarkan ke surga yang penuh dengan keabadian
Dalam musibah ada pelajaran tauhid, keimanan dan tawakal. Bukankah kita jadi mengetahui bahwa kita adalah hamba yang lemah dan tidak memiliki daya atau upaya, kecuali hanya dari Allah semata, maka bertawakallah hanya kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal, serta kembali kepada-Nya karena Allah Maha Mampu dalam segala hal. Kita hanyalah hamba yang lemah dan dhaif, maka kembalilah kepada yang Maha Perkasa lagi Maha Berkuasa
Musibah mengingatkan kita akan karunia dan nikmat-nikmat Allah yang diberikan kepada kita, dalam bentuk kesehatan.dimana kita merasakan sehat selama bertahun-tahun, tapi kita lalai akan hal itu, tatkala dengan tiba-tiba nikmat sehat itu hilang kita baru sadar akan nikmatnya sehat. Betulah apa yang dikatakan seseorang:
“Kesehatan bagai mahkota yang ada di atas kepala orang-orang yang sehat, yang tidak dilihat kecuali oleh orang-orang yang sakit”.
Semakin tinggi pohon, maka semakin besar pula angin yang akan menerpanya.Dalam memberikan ujian kepada hamba-NYA, ALLAH selalu mempertimbangkan kadar iman yang ada pada hambanya tersebut.Semakin baik imannya,semakin berat pula ujiannya,sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah Saw.
Dalam Hadistnya Tingkat berat ringannya ujian di sesuaikan dengan kedudukan manusia itu sendiri.Orang yang banyak mendapat ujian itu adalah para nabi,kemudian baru yang lebih dekat derajatnya kepada mereka yang berurutan secara bertingkat.Orang di uji menurut tingkat ketaatannya kepada agama.Jika dia sangat kuat dalam agamanya,maka sangat kuat pula ujian baginya, dan jika lemah dalam agamanya,di uji pula oleh ALLAH sesuai dengan tingkat ketaatan kepada agamanya.Demikian bala dan ujian itu senantiasa di timpahkan kepada seorang hamba sampai ia di biarkan berjalan di muka bumi tanpa dosa apapun”(HR.Tarmizi).
Dan perlu dipahami pula, bahwa Allah tidak pernah menguji seseorang di luar batas kemampuannya. Allah tidak akan menguji orang yang derajat dan kemampuannya rendah dengan ujian yang berat.
Dan sebaliknya, Allah tak akan menguji orang yang derajatnya tinggi dengan ujian yang ringan.
Allah mengatakan, “Allah tidak akan memberikan beban (taklif) kepada seseorang di luar batas kemampuannya.” (TQS. Al Baqarah [2] : 286
Antara Adab ketika ditimpa musibah ialah:
1Percaya bahawa Allah Taala tidak sesekali akan menzalimi diri kita
Jika manusia mahu menerima musibah itu umpama suatu teguran, dia tidak akan cepat melatah seraya berputus asa. Bahkan dia sanggup menerimanya umpama satu cambukan yang membangkitkan semangat bagi memperbaiki diri.AllahSWT tidak sesekali menzalimi hamba-Nya. Ujian itu tujuannya adalah untuk membelai hati supaya lebih sensitif, peka dan waspada atas segala kesilapan yang dilakukan. Allah SWT sayang kepada kita dan mahu kita berada dekat di sisi-Nya ketika lemah dan perlukan pertolongan.
2.meyakini musibah itu menyimpan rahmat yang besar disebaliknya
3. Banyak mengingat nikmat Allah yang sudah dirasakan
Ketika sedih eloklah membaca surat Addhuha yang akan menghapus rasa sedih dan putus asa.nabi SAW pernah merasa sedih karena terputusnya wahyu agak lama.sampai istri abu lahab mencela Rasulullah.maka Allah berfirman:yang bermaksud
“Tuhanmu tidak sesekali meninggalkanmu dan tidak pula membencimu
Mengapa kita berasa Allah meninggalkan dan membenci kita ketika musibah datang??perasaan ini sebenarnya berasal dari hasutan syaitan supaya kita berputus asa dari rahmatNYA.
FirmanNYA lagi dalam surat Addhuha yang bermaksudnya “Dan sesungguhnya akhirat itu lebih baik bagimu dari kehidupan dunia. Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan kurnia-Nya kepadamu lalu kamu menjadi puas.”
Ayat ini seolah-olah memujuk kita supaya tabah dan menganggap kecil segala urusan dunia jika dibandingkan dengan akhirat. Ia juga menyuruh kita untuk yakin dengan janji Allah SWT yang akan menggantikan kesusahan dunia dengan kesenangan akhirat yang abadi.
Kemudian Allah berfirman lagi dalam surah Addhuha bermaksud
“Bukankah Dia mendapatimu sebagai anak yatim, lalu Dia melindungimu. Dia mendapatimu sebagai orang yang kehilangan arah lalu memberi petunjuk bagimu. Dan Dia mendapatimu sebagai orang yang serba kekurangan lalu mencukupimu.”
Hati kita pasti kembali disentuh dengan kalimat yang begitu menghiris perasaan. Betapa Allah SWT amat mengasihani diri yang tidak memiliki apa-apa ini. Jika boleh ditimbang yang manakah lebih banyak musibah atau nikmat yg kita rasakan didunia ini?? Sungguh biadapnya lidah yang pernah berkeluh-kesah dan hati yang tidak mahu bersyukur di atas segala ketentuan-Nya.
4. Segala sesuatu akibat daripada perbuatan tangan yang zalim
Apakah dosa kita sehingga harus menerima musibah ini? Soalan sebegini bukan bermaksud tidak reda dengan ketentuan Allah SWT, tetapi lebih kepada sikap mencari keaiban diri dan mahu bermuhasabah untuk lebih meningkatkan iman dan amal shalih
Manusia memang rentan dalam berbuat kesalahan.terkadang tanpa sadar kita berbuat keliru dalam keputusan sehingga Allah tidak rido.
Sudah pasti setiap sesuatu menyimpan hikmah di sebaliknya. Terpulang kepada diri sendiri bertanya,apakah menerima musibah sebagai suatu peringatan daripada Allah SWT atau langsung membutakan mata dan hati atas kesilapan yang pernah dilakukan?
Tiada manusia yang lepas dari ujian, Bahkan Nabi dan Rasul menerima ujian yang jauh lebih berat dan tidak mampu dipikul oleh manusia biasa. Bukan bermakna ujian itu merendahkan iman seseorang, bahkan ia akan melonjakkannya ke tempat yang paling tinggi.
Berbahagialah orang yang diuji jika mereka reda dan sedikitpun tidak berubah hati kepada Allah Taala. Kita perlu membuktikan kepada Allah SWT bahwa diri ini tidak pernah berubah di dalam mencintai-Nya, biar senang ataupun susah.
oleh : Mira Deswita dari :
http://cahyaiman.wordpress.com/2011/02/23/ujian-iman-seorang-mukmin/
Kekuatan Sedekah
Dimanakah letak kedahsyatan hamba-hamba Allah yang bersedekah? Dikisahkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Turmudzi dan Ahmad, sebagai berikut :
Tatkala Allah SWT menciptakan bumi, maka bumi pun bergetar. Lalu Allah pun menciptkana gunung dengan kekuatan yang telah diberikan kepadanya, ternyata bumi pun terdiam. Para malaikat terheran-heran akan penciptaan gunung tersebut. Kemudian mereka bertanya? “Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada gunung?”
Tatkala Allah SWT menciptakan bumi, maka bumi pun bergetar. Lalu Allah pun menciptkana gunung dengan kekuatan yang telah diberikan kepadanya, ternyata bumi pun terdiam. Para malaikat terheran-heran akan penciptaan gunung tersebut. Kemudian mereka bertanya? “Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada gunung?”
Allah menjawab, “Ada, yaitu besi” (Kita mafhum bahwa gunung batu pun bisa menjadi rata ketika dibor dan diluluhlantakkan oleh buldozer atau sejenisnya yang terbuat dari besi).
Para malaikat pun kembali bertanya, “Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada besi?” Allah yang Mahasuci menjawab, “Ada, yaitu api” (Besi, bahkan baja bisa menjadi cair, lumer, dan mendidih setelah dibakar bara api).
Bertanya kembali para malaikat, “Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada api?”
Allah yang Mahaagung menjawab, “Ada, yaitu air” (Api membara sedahsyat apapun, niscaya akan padam jika disiram oleh air).
“Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari air?” Kembali bertanya para malaikta.
Allah yang Mahatinggi dan Mahasempurna menjawab, “Ada, yaitu angin” (Air di samudera luas akan serta merta terangkat, bergulung-gulung, dan menjelma menjadi gelombang raksasa yang dahsyat, tersimbah dan menghempas karang, atau mengombang-ambingkan kapal dan perahu yang tengah berlayar, tiada lain karena dahsyatnya kekuatan angin. Angin ternyata memiliki kekuatan yang teramat dahsyat). Akhirnya para malaikat pun bertanya lagi, “Ya Allah adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih dari semua itu?”
Allah yang Mahagagah dan Mahadahsyat kehebatan-Nya menjawab, “Ada, yaitu amal anak Adam yang mengeluarkan sedekah dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya tidak mengetahuinya.”
Artinya, orang yang paling hebat, paling kuat, dan paling dahsyat adalah orang yang bersedekah tetapi tetap mampu menguasai dirinya, sehingga sedekah yang dilakukannya bersih, tulus, dan ikhlas tanpa ada unsur pamer ataupun keinginan untuk diketahui orang lain.
Inilah gambaran yang Allah berikan kepada kita bagaimana seorang hamba yang ternyata mempunyai kekuatan dahsyat adalah hamba yang bersedekah, tetapi tetap dalam kondisi ikhlas. Karena naluri dasar kita sebenarnya selalu rindu akan pujian, penghormatan, penghargaan, ucapan terima kasih, dan sebagainya. Kita pun selalu tergelitik untuk memamerkan segala apa yang ada pada diri kita ataupun segala apa yang bisa kita lakukan. Apalagi kalau yang ada pada diri kita atau yang tengah kita lakukan itu berupa kebaikan.
Karenanya, tidak usah heran, seorang hamba yang bersedekah dengan ikhlas adalah orang-orang yang mempunyai kekuatan dahsyat. Sungguh ia tidak akan kalah oleh aneka macam selera rendah, yaitu rindu pujian dan penghargaan.
Apalagi kedahsyatan seorang hamba yang bersedekah dengan ikhlas? Pada suatu hari datang kepada seorang ulama dua orang akhwat yang mengaku baru kembali dari kampung halamannya di kawasan Jawa Tengah. Keduanya kemudian bercerita mengenai sebuah kejadian luar biasa yang dialaminya ketika pulang kampung dengan naik bis antar kota beberapa hari sebelumnya. Di tengah perjalanan bis yang ditumpanginya terkena musibah, bertabrakan dengan dahsyatnya. Seluruh penumpang mengalami luka berat. Bahkan para penumpang yang duduk di kurs-kursi di dekatnya meninggal seketika dengan bersimbah darah. Dari seluruh penumpang tersebut hanya dua orang yang selamat, bahkan tidak terluka sedikit pun. Mereka itu, ya kedua akhwat itulah. Keduanya mengisahkan kejadian tersebut dengan menangis tersedu-sedu penuh syukur.
Mengapa mereka ditakdirkan Allah selamat tidak kurang suatu apa? Menurut pengakuan keduanya, ada dua amalan yang dikerjakan keduanya ketika itu, yakni ketika hendak berangkat mereka sempat bersedekah terlebih dahulu dan selama dalam perjalanan selalu melafazkan zikir. Sahabat, tidaklah kita ragukan lagi, bahwa inilah sebagian dari fadhilah (keutamaan) bersedekah. Allah pasti menurunkan balasannya disaat-saat sangat dibutuhkan dengan jalan yang tidak pernah disangka-sangka.
Allah Azza wa Jalla adalah Zat yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang kepada semua hamba-Nya. Bahkan kepada kita yang pada hampir setiap desah nafas selalu membangkang terhadap perintah-Nya pada hampir setiap gerak-gerik kita tercermin amalan yang dilarang-Nya, toh Dia tetap saja mengucurkan rahmat-Nya yang tiada terkira.
Segala amalan yang kita perbuat, amal baik ataupun amal buruk, semuanya akan terpulang kepada kita. Demikian juga jika kita berbicara soal harta yang kini ada dalam genggaman kita dan kerapkali membuat kita lalai dan alpa. Demi Allah, semua ini datangnya dari Allah yang Maha Pemberi Rizki dan Mahakaya. Dititipkan-Nya kepada kita tiada lain supaya kita bisa beramal dan bersedekah dengan sepenuh ke-ikhlas-an semata-mata karena Allah. Kemudian pastilah kita akan mendapatkan balasan pahala dari pada-Nya, baik ketika di dunia ini maupun saat menghadap-Nya kelak.
Dari pengalaman kongkrit kedua akhwat ataupun kutipan hadits seperti diuraikan di atas, dengan penuh kayakinan kita dapat menangkap bukti yang dijanjikan Allah SWT dan Rasul-Nya, bahwa sekecil apapun harta yang disedekahkan dengan ikhlas, niscaya akan tampak betapa dahsyat balasan dari-Nya.
Inilah barangkali kenapa Rasulullah menyerukan kepada para sahabatnya yang tengah bersiap pergi menuju medan perang Tabuk, agar mengeluarkan infaq dan sedekah. Apalagi pada saat itu Allah menurunkan ayat tentang sedekah kepada Rasulullah SAW, “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah seupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir; seratus biji Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui,” demikian firman-Nya (QS. Al-Baqarah [2] : 261).
Seruan Rasulullah itu disambut seketika oleh Abdurrahman bin Auf dengan menyerahkan empat ribu dirham seraya berkata, “Ya, Rasulullah. Harta milikku hanya delapan ribu dirham. Empat ribu dirham aku tahan untuk diri dan keluargaku, sedangkan empat ribu dirham lagi aku serahkan di jalan Allah.”
“Allah memberkahi apa yang engkau tahan dan apa yang engkau berikan,” jawab Rasulullah.
Kemudian datang sahabat lainnya, Usman bin Affan. “Ya, Rasulullah. Saya akan melengkapi peralatan dan pakaian bagi mereka yang belum mempunyainya,” ujarnya.
Adapun Ali bin Abi Thalib ketika itu hanya memiliki empat dirham. Ia pun segera menyedekahkan satu dirham waktu malam, satu dirham saat siang hari, satu dirham secara terang-terangan, dan satu dirham lagi secara diam-diam.
Mengapa para sahabat begitu antusias dan spontan menyambut seruan Rasulullah tersebut? Ini tiada lain karena yakin akan balasan yang berlipat ganda sebagaimana telah dijanjikan Allah dan Rasul-Nya. Medan perang adalah medan pertaruhan antara hidup dan mati. Kendati begitu para sahabat tidak ada yang mendambakan mati syahid di medan perang, karena mereka yakin apapun yang terjadi pasti akan sangat menguntungkan mereka. Sekiranya gugur di tangan musuh, surga Jannatu na’im telah siap menanti para hamba Allah yang selalu siap berjihad fii sabilillaah. Sedangkan andaikata selamat dapat kembali kepada keluarga pun, pastilah dengan membawa kemenangan bagi Islam, agama yang haq!
Lalu, apa kaitannya dengan memenuhi seruan untuk bersedekah? Sedekah adalah penolak bala, penyubur pahala dan pelipat ganda rizki; sebutir benih menumbuhkan tujuh bulir, yang pada tiap-tiap bulir itu terjurai seratus biji. Artinya, Allah yang Mahakaya akan membalasnya hingga tujuh ratus kali lipat. Masya Allah!
Sahabat, betapa dahsyatnya sedekah yang dikeluarkan di jalan Allah yang disertai dengan hati ikhlas, sampai-sampai Allah sendiri membuat perbandingan, sebagaimana tersurat dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, seperti yang dikemukakan di awal tulisan ini.***
Para malaikat pun kembali bertanya, “Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada besi?” Allah yang Mahasuci menjawab, “Ada, yaitu api” (Besi, bahkan baja bisa menjadi cair, lumer, dan mendidih setelah dibakar bara api).
Bertanya kembali para malaikat, “Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada api?”
Allah yang Mahaagung menjawab, “Ada, yaitu air” (Api membara sedahsyat apapun, niscaya akan padam jika disiram oleh air).
“Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari air?” Kembali bertanya para malaikta.
Allah yang Mahatinggi dan Mahasempurna menjawab, “Ada, yaitu angin” (Air di samudera luas akan serta merta terangkat, bergulung-gulung, dan menjelma menjadi gelombang raksasa yang dahsyat, tersimbah dan menghempas karang, atau mengombang-ambingkan kapal dan perahu yang tengah berlayar, tiada lain karena dahsyatnya kekuatan angin. Angin ternyata memiliki kekuatan yang teramat dahsyat). Akhirnya para malaikat pun bertanya lagi, “Ya Allah adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih dari semua itu?”
Allah yang Mahagagah dan Mahadahsyat kehebatan-Nya menjawab, “Ada, yaitu amal anak Adam yang mengeluarkan sedekah dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya tidak mengetahuinya.”
Artinya, orang yang paling hebat, paling kuat, dan paling dahsyat adalah orang yang bersedekah tetapi tetap mampu menguasai dirinya, sehingga sedekah yang dilakukannya bersih, tulus, dan ikhlas tanpa ada unsur pamer ataupun keinginan untuk diketahui orang lain.
Inilah gambaran yang Allah berikan kepada kita bagaimana seorang hamba yang ternyata mempunyai kekuatan dahsyat adalah hamba yang bersedekah, tetapi tetap dalam kondisi ikhlas. Karena naluri dasar kita sebenarnya selalu rindu akan pujian, penghormatan, penghargaan, ucapan terima kasih, dan sebagainya. Kita pun selalu tergelitik untuk memamerkan segala apa yang ada pada diri kita ataupun segala apa yang bisa kita lakukan. Apalagi kalau yang ada pada diri kita atau yang tengah kita lakukan itu berupa kebaikan.
Karenanya, tidak usah heran, seorang hamba yang bersedekah dengan ikhlas adalah orang-orang yang mempunyai kekuatan dahsyat. Sungguh ia tidak akan kalah oleh aneka macam selera rendah, yaitu rindu pujian dan penghargaan.
Apalagi kedahsyatan seorang hamba yang bersedekah dengan ikhlas? Pada suatu hari datang kepada seorang ulama dua orang akhwat yang mengaku baru kembali dari kampung halamannya di kawasan Jawa Tengah. Keduanya kemudian bercerita mengenai sebuah kejadian luar biasa yang dialaminya ketika pulang kampung dengan naik bis antar kota beberapa hari sebelumnya. Di tengah perjalanan bis yang ditumpanginya terkena musibah, bertabrakan dengan dahsyatnya. Seluruh penumpang mengalami luka berat. Bahkan para penumpang yang duduk di kurs-kursi di dekatnya meninggal seketika dengan bersimbah darah. Dari seluruh penumpang tersebut hanya dua orang yang selamat, bahkan tidak terluka sedikit pun. Mereka itu, ya kedua akhwat itulah. Keduanya mengisahkan kejadian tersebut dengan menangis tersedu-sedu penuh syukur.
Mengapa mereka ditakdirkan Allah selamat tidak kurang suatu apa? Menurut pengakuan keduanya, ada dua amalan yang dikerjakan keduanya ketika itu, yakni ketika hendak berangkat mereka sempat bersedekah terlebih dahulu dan selama dalam perjalanan selalu melafazkan zikir. Sahabat, tidaklah kita ragukan lagi, bahwa inilah sebagian dari fadhilah (keutamaan) bersedekah. Allah pasti menurunkan balasannya disaat-saat sangat dibutuhkan dengan jalan yang tidak pernah disangka-sangka.
Allah Azza wa Jalla adalah Zat yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang kepada semua hamba-Nya. Bahkan kepada kita yang pada hampir setiap desah nafas selalu membangkang terhadap perintah-Nya pada hampir setiap gerak-gerik kita tercermin amalan yang dilarang-Nya, toh Dia tetap saja mengucurkan rahmat-Nya yang tiada terkira.
Segala amalan yang kita perbuat, amal baik ataupun amal buruk, semuanya akan terpulang kepada kita. Demikian juga jika kita berbicara soal harta yang kini ada dalam genggaman kita dan kerapkali membuat kita lalai dan alpa. Demi Allah, semua ini datangnya dari Allah yang Maha Pemberi Rizki dan Mahakaya. Dititipkan-Nya kepada kita tiada lain supaya kita bisa beramal dan bersedekah dengan sepenuh ke-ikhlas-an semata-mata karena Allah. Kemudian pastilah kita akan mendapatkan balasan pahala dari pada-Nya, baik ketika di dunia ini maupun saat menghadap-Nya kelak.
Dari pengalaman kongkrit kedua akhwat ataupun kutipan hadits seperti diuraikan di atas, dengan penuh kayakinan kita dapat menangkap bukti yang dijanjikan Allah SWT dan Rasul-Nya, bahwa sekecil apapun harta yang disedekahkan dengan ikhlas, niscaya akan tampak betapa dahsyat balasan dari-Nya.
Inilah barangkali kenapa Rasulullah menyerukan kepada para sahabatnya yang tengah bersiap pergi menuju medan perang Tabuk, agar mengeluarkan infaq dan sedekah. Apalagi pada saat itu Allah menurunkan ayat tentang sedekah kepada Rasulullah SAW, “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah seupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir; seratus biji Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui,” demikian firman-Nya (QS. Al-Baqarah [2] : 261).
Seruan Rasulullah itu disambut seketika oleh Abdurrahman bin Auf dengan menyerahkan empat ribu dirham seraya berkata, “Ya, Rasulullah. Harta milikku hanya delapan ribu dirham. Empat ribu dirham aku tahan untuk diri dan keluargaku, sedangkan empat ribu dirham lagi aku serahkan di jalan Allah.”
“Allah memberkahi apa yang engkau tahan dan apa yang engkau berikan,” jawab Rasulullah.
Kemudian datang sahabat lainnya, Usman bin Affan. “Ya, Rasulullah. Saya akan melengkapi peralatan dan pakaian bagi mereka yang belum mempunyainya,” ujarnya.
Adapun Ali bin Abi Thalib ketika itu hanya memiliki empat dirham. Ia pun segera menyedekahkan satu dirham waktu malam, satu dirham saat siang hari, satu dirham secara terang-terangan, dan satu dirham lagi secara diam-diam.
Mengapa para sahabat begitu antusias dan spontan menyambut seruan Rasulullah tersebut? Ini tiada lain karena yakin akan balasan yang berlipat ganda sebagaimana telah dijanjikan Allah dan Rasul-Nya. Medan perang adalah medan pertaruhan antara hidup dan mati. Kendati begitu para sahabat tidak ada yang mendambakan mati syahid di medan perang, karena mereka yakin apapun yang terjadi pasti akan sangat menguntungkan mereka. Sekiranya gugur di tangan musuh, surga Jannatu na’im telah siap menanti para hamba Allah yang selalu siap berjihad fii sabilillaah. Sedangkan andaikata selamat dapat kembali kepada keluarga pun, pastilah dengan membawa kemenangan bagi Islam, agama yang haq!
Lalu, apa kaitannya dengan memenuhi seruan untuk bersedekah? Sedekah adalah penolak bala, penyubur pahala dan pelipat ganda rizki; sebutir benih menumbuhkan tujuh bulir, yang pada tiap-tiap bulir itu terjurai seratus biji. Artinya, Allah yang Mahakaya akan membalasnya hingga tujuh ratus kali lipat. Masya Allah!
Sahabat, betapa dahsyatnya sedekah yang dikeluarkan di jalan Allah yang disertai dengan hati ikhlas, sampai-sampai Allah sendiri membuat perbandingan, sebagaimana tersurat dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, seperti yang dikemukakan di awal tulisan ini.***
Friday, 18 March 2011
Beberapa Alternatif Investasi untuk Dipilih
Berinvestasi adalah menempatkan "tabungan" kita pada instrument yang bisa memberikan "return" yang bisa meningkatkan nilai tabungan tersebut , minimal bisa mendapatkan return diatas nilai inflasi. Adapun Instrument Investasi ini beberapa yang sempat dipelajari penulis adalah Sektor Riil (Perdagangan), Dinar emas, reksadana, saham. Sedangkan Tabungan dan deposito di Indonesia dengan tingkat return yang rendah (6-12%) pertahun masih tidak jauh berbeda dengan tingkat inflasi rata-rata di Indonesia dari tahun 2005 s/d 2010 yaitu 8,52% pertahun (lihat data statistik tabel 1). Disisi lain Tabungan dan deposito menurut sebagian warga Muslim, belum memenuhi syarat syariah (Islam), sebagai Instrument Investasi. Jadi sebaiknya memilih instrument yang memberikan return diatas nilai inflasi dan masuk kategori syar'i.
Deposito: menyimpan uang dalam jangka waktu tertentu, hanya dapat diambil jika telah jatuh tempo atau akan mendapatkan penalti bila diambil sebelum waktunya.Keuntungan Deposito: memiliki resiko yang kecil. Bunga yang diterima lebih besar bila dibandingkan dengan tabungan biasa.Kerugian Deposito: keuntungan atau bunga yang diterima jauh lebih sedikit bila dibandingkan dengan jenis investasi lain yang berhadapan langsung dengan resiko pasar.
Reksadana: tempat menghimpun dana secara kolektif. Dana yang terkumpul akan dikelola oleh Manajer Investasi yang akan diinvestasikan pada jenis investasi lainnya. Saat mendapat keuntungan atau kerugian akan dibagi secara rata kepada para investor. Jenis investasi ini dapat menjadi pilihan bagi Anda yang baru mulai berinvestasi. Jenis resikonya berbeda tergantung jenis resiko yang dipilih. Jenisnya adalah reksadana pasar uang, reksadana pendapatan tetap, reksadana saham dan reksadana campuran. Keuntungan Reksadana: tidak perlu memiliki banyak pengetahun untuk menjalankannya karena dikelola oleh Manajer Investasi. Karena diinvestasikan ke banyak tempat, maka bila terjadi kerugian di satu tempat dapat tertolong tempat lain yang mungkin menghasilkan keuntungan. Kerugian Reksadana: bagi sebagian orang sering tidak puas dengan hasilnya karena tidak dikelola sendiri. Keuntungan yang diperoleh juga lebih sedikit dibandingkan saham dan investor dikenakan biaya untuk pengelolanya.
Obligasi: surat hutang yang merupakan bukti bahwa investor memberikan hutang kepada perusahaan tertentu atau pemerintah. Pihak yang berhutang akan memberi bunga untuk jangka waktu tertentu. Jangka waktu pegembalian hutang lebih dari satu tahun. Obligasi yang paling aman adalah obligasi atau surat hutang dari negara. Keuntungan Obligasi: bunga yang diperoleh lebih besar bila dibandingkan deposito. Kerugian Obligasi: Jangka waktunya yang panjang (>1 tahun), sehingga tidak dapat dicairkan bila diperlukan atau bila ingin berinvestasi lain. Bila pihak yang berhutang bangkrut, berarti hutangnya tidak dapat dikembalikan.
Saham: memiliki saham berarti Anda memiliki kepemilikan dalam suatu perusahaan. Uang yang ditanamkan oleh investor akan dijadikan sebagai modal bagi perusahaan tersebut. Perusahaan akan memberikan keuntungan yang diterima kepada para pemegang saham yang disebut sebagai deviden. Bila dinilai baik atau banyak orang yang berminat untuk membeli saham suatu perusahaan, harganya akan naik sehingga bila Anda menjual saham yang Anda miliki, Anda akan memperoleh keuntungan. Sebaliknya bila perusahaan menderita kerugian, harga sahamnya dapat turun sehingga Anda pun akan menderita kerugian. Saham ini dapat dibeli pada perusahaan sekuritas. Untuk setiap transaksi jual atau beli, Anda akan dikenakan biaya. Keuntungan Saham: bisa mendatangkan keuntungan yang sangat besar bila harga saham naik. Dengan modal sedikit, dapat diperoleh hasil berkali-kali lipat. Kerugian Saham: resiko kehilangannya juga besar saat harga saham mengalami penurunan.
Emas: harga emas cenderung naik setiap tahun. Karena hal itulah banyak orang yang membeli emas kemudian menjualnya ketika harganya naik. Emas yang hendak digunakan untuk investasi sebaiknya berupa logam mulia atau koin daripada emas dalam bentuk perhiasan. Emas batangan atau koin tidak mengalami penyusutan atau ongkos pembuatan yang biasa dikenakan apabila kita menjual emas dalam bentuk perhiasan. Keuntungan Emas: merupakan aset likuid atau aset yang mudah dijual. Kerugian Emas: Sulit dalam penyimpanan karena bila tidak hati-hati dapat dengan mudah dicuri.
Properti: harga properti seperti rumah dan tanah cenderung naik setiap tahun. Dengan membeli properti dan menjualnya di kemudian hari bisa mendatangkan keuntungan karena harga jualnya sudah naik. Harga rumah akan cepat naik bila lokasinya strategis atau dekat dengan fasilitas umum. Hal ini dapat menjadi pertimbangan saat akan memilih lokasi. Bila Anda hendak membeli rumah di perumahan yang belum atau masih dibangun, pastikan pengembang dapat dipercaya dan ada perjanjian yang jelas. Karena ada beberapa kasus, setelah kita membayar pembangunan rumah malah tidak dilanjutkan dan mengakibatkan kerugian. Keuntungan Properti: Resiko kecil serta dapat disewakan sehingga dapat memberi penghasilan tambahan. Kerugian Properti: memerlukan dana yang besar untuk membeli rumah atau tanah. Properti bukan aset yang likuid karena tidak mudah untuk menjualnya kembali bila suatu saat membutuhkan uang.
Saat hendak memilih jenis investasi, pertimbangkan juga akan kebutuhan Anda untuk mendapatkan hasil investasi tersebut, apakah dalam jangka waktu pendek atau panjang. Jika Anda memiliki keperluan dalam waktu dekat, maka pilihlah investasi dengan resiko rendah dan bersifat likuid. Sedangkan untuk kebutuhan jangka panjang, Anda dapat memilih investasi dengan resiko tinggi yang dapat memberi keuntungan yang besar.
Source : http://kumpulan.info/uang/investasi/65-investasi/187-pilih-jenis-investasi-yang-tepat.html, www.bps.go.id
Saturday, 12 March 2011
Menakar kemampuan Keuangan Keluarga dari Parameter Islam
Ada 2 Nilai yang bisa digunakan dalam menentukan batas-batas
konsumtif penduduk yang berbasiskan pengetahuan Islam.
A. Pertama adalah kebutuhan pokok (makan)
Menggunakan batasan kebutuhan pokok, karena batas antara keluarga
mampu dan tidak mampu dalam islam didefinisikan sebagai mustahik.
Mustahik (dalam proyeksi Idul Fitri dan Idul Adha) adalah orang yang
"tidak bisa makan" pada hari-H Idul Fitri & Idul Adha tersebut, maka
orang atau keluarga tersebut di kategorikan sebagai mustahik dan ber-
hak menerima bantuan. Atau dalam QS 9:60 dinyatakan sebagai fukara-
masakin (fakir miskin).
Besaran kemampuan keluarga memenuhi kebutuhan pokok makan ini
bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain.
Sebelum melihat data UMR kota Cilegon, bisa dihitung konsumsi akan
kebutuhan pokok (makan) ini di Cilegon dengan asumsi keluarga dengan
2 anak dengan pola hidup sederhana pada tahun 2011 :
Data statistik (sources : http://www.hrcentro.com/umr) menunjukkan bahwa
UMR daerah Cilegon thn 2009 sebesar Rp. 1.099.000,-
Untuk tahun 2010 sebesar Rp. 1.170.000,- (belum tercantum ditabel tsb)
Data- data tersebut match dengan kebutuhan pola hidup keluarga sederhana
dengan kebutuhan pokok seperti yang dihitung diatas.
B. Kedua adalah Nishab
Nishab (batas) adalah batas antara seseorang wajib (jika diatas nilai nishab) atau tidak-wajibnya mengeluarkan zakat (jika dibawah nishab). Nishab tergantung dari harga emas murni di suatu daerah. Sebagai contoh didaerah Cilegon Desember 2010 harga emas
24 karat sebesar Rp. 300.000,- per gram. Dari data tersebut, bisa ditentukan bahwa nishab di daerah tersebut adalah : Rp. 300.000,- x 85 gram = Rp. 25.500.000,- pertahun Jika dikonversi kedalam nilai bulanan adalah Rp. 25.500.000,- / 12 bulan = Rp. 2.125.000,-Dengan kata lain jika seseorang mempunyai penghasilan tetap perbulan lebih dari nilai tersebut, maka dia wajib mengeluarkan zakat. Adapun besaran zakat yang harus dikeluarkan adalah 2,5 % dari penghasilan.
Dari dua angka tersebut bisa di analisa apakah seseorang memang layak dibantu dalam hal pemenuhan kebutuhan pokoknya atau tidak, dari UMR dan analisa kebutuhan makan dari suatu daerah. Jika masih dibawah nilai UMR, maka suatu keluarga layak untuk dibantu dari sisi finansial untuk memenuhi kebutuhan pokok / makan.
Kemudian ada kebutuhan lain, selain makan, yaitu kebutuhan pendidikan anak, kesehatan, listrik, sarana komunikasi / pulsa dan lain-lain, Islam mempunyai besaran pokok yang sudah disesuaikan dengan kondisi suatu daerah, yaitu menggunakan parameter "emas" sebagai tolok ukurnya. Harga emas disuatu daerah mencerminkan tingkat ekonomi daerah tersebut, Besaran Nishab yang diwakili oleh fungsi emas tersebut merupakan nilai mutlak yang ditetap-kan Allah SWT dan Rasulullah untuk menakar tingkat ekonomi disuatu daerah.
Dari Nishab tersebut ditetapkan apakah seseorang dianggap mampu dari kacamata agama atau tidak. Jika mempunyai penghasilan tetap perbulan (take home pay) melebihi nishab, maka orang tersebut wajib mengeluarkan zakat atau disebut sebagai muzakki. Dan orang tersebut tidak layak untuk mendapat bantuan finansial.
Jika dalam posisi muzakki tersebut seseorang masih memerlukan bantuan orang lain, maka perlu dipertanyakan tingkat konsumtif keluarga tersebut. Atau juga mungkin salah dalam mengatur manajemen keuangan keluarga.
Bahkan jika suatu keluarga jika berpenghasilan dibawah nishab, tapi masih diatas
UMR, perlu diberi bantuan mengenai cara hidup hemat ala Rasulullah, atau diberi bantuan "kail" yang dengan kail tersebut bisa meningkatkan pendapatannya.
Sesungguhnya Rasulullah merupakan contoh yang sangat baik (uswatun hasanah)
dalam berperilaku mengatur keuangan keluarganya. Beliau pernah menjadi orang kaya, karena semasa hidupnya Rasulullah pernah mensedekahkan kurang lebih 9000 ekor unta dan kuda yang jika dinilai dengan mata uang sekarang kurang lebih senilai 135 milyar.
Dan Rasulullah SAW pun pernah menjadi orang termiskin. Pernah disuatu hari beliau selama 3 (tiga) hari belum makan, sampai-sampai perutnya diganjal dengan batu. Tetapi dalam kondisi apapun baginda Rasulullah SAW tetap santun dan istiqomah dalam beribadah kepada Allah SWT. Semoga Allah SWT meninggikan derajat Rasulullah SAW seperti setiap doa Muslim saat Shalat dan kita dipandaikan dalam mengatur keuangan keluarga dan menghindarkan diri kita dari pola hidup konsumtif. Amin ya robbal alamin.
konsumtif penduduk yang berbasiskan pengetahuan Islam.
A. Pertama adalah kebutuhan pokok (makan)
Menggunakan batasan kebutuhan pokok, karena batas antara keluarga
mampu dan tidak mampu dalam islam didefinisikan sebagai mustahik.
Mustahik (dalam proyeksi Idul Fitri dan Idul Adha) adalah orang yang
"tidak bisa makan" pada hari-H Idul Fitri & Idul Adha tersebut, maka
orang atau keluarga tersebut di kategorikan sebagai mustahik dan ber-
hak menerima bantuan. Atau dalam QS 9:60 dinyatakan sebagai fukara-
masakin (fakir miskin).
Besaran kemampuan keluarga memenuhi kebutuhan pokok makan ini
bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain.
Sebelum melihat data UMR kota Cilegon, bisa dihitung konsumsi akan
kebutuhan pokok (makan) ini di Cilegon dengan asumsi keluarga dengan
2 anak dengan pola hidup sederhana pada tahun 2011 :
Data statistik (sources : http://www.hrcentro.com/umr) menunjukkan bahwa
UMR daerah Cilegon thn 2009 sebesar Rp. 1.099.000,-
Untuk tahun 2010 sebesar Rp. 1.170.000,- (belum tercantum ditabel tsb)
Data- data tersebut match dengan kebutuhan pola hidup keluarga sederhana
dengan kebutuhan pokok seperti yang dihitung diatas.
B. Kedua adalah Nishab
Nishab (batas) adalah batas antara seseorang wajib (jika diatas nilai nishab) atau tidak-wajibnya mengeluarkan zakat (jika dibawah nishab). Nishab tergantung dari harga emas murni di suatu daerah. Sebagai contoh didaerah Cilegon Desember 2010 harga emas
24 karat sebesar Rp. 300.000,- per gram. Dari data tersebut, bisa ditentukan bahwa nishab di daerah tersebut adalah : Rp. 300.000,- x 85 gram = Rp. 25.500.000,- pertahun Jika dikonversi kedalam nilai bulanan adalah Rp. 25.500.000,- / 12 bulan = Rp. 2.125.000,-Dengan kata lain jika seseorang mempunyai penghasilan tetap perbulan lebih dari nilai tersebut, maka dia wajib mengeluarkan zakat. Adapun besaran zakat yang harus dikeluarkan adalah 2,5 % dari penghasilan.
Dari dua angka tersebut bisa di analisa apakah seseorang memang layak dibantu dalam hal pemenuhan kebutuhan pokoknya atau tidak, dari UMR dan analisa kebutuhan makan dari suatu daerah. Jika masih dibawah nilai UMR, maka suatu keluarga layak untuk dibantu dari sisi finansial untuk memenuhi kebutuhan pokok / makan.
Kemudian ada kebutuhan lain, selain makan, yaitu kebutuhan pendidikan anak, kesehatan, listrik, sarana komunikasi / pulsa dan lain-lain, Islam mempunyai besaran pokok yang sudah disesuaikan dengan kondisi suatu daerah, yaitu menggunakan parameter "emas" sebagai tolok ukurnya. Harga emas disuatu daerah mencerminkan tingkat ekonomi daerah tersebut, Besaran Nishab yang diwakili oleh fungsi emas tersebut merupakan nilai mutlak yang ditetap-kan Allah SWT dan Rasulullah untuk menakar tingkat ekonomi disuatu daerah.
Dari Nishab tersebut ditetapkan apakah seseorang dianggap mampu dari kacamata agama atau tidak. Jika mempunyai penghasilan tetap perbulan (take home pay) melebihi nishab, maka orang tersebut wajib mengeluarkan zakat atau disebut sebagai muzakki. Dan orang tersebut tidak layak untuk mendapat bantuan finansial.
Jika dalam posisi muzakki tersebut seseorang masih memerlukan bantuan orang lain, maka perlu dipertanyakan tingkat konsumtif keluarga tersebut. Atau juga mungkin salah dalam mengatur manajemen keuangan keluarga.
Bahkan jika suatu keluarga jika berpenghasilan dibawah nishab, tapi masih diatas
UMR, perlu diberi bantuan mengenai cara hidup hemat ala Rasulullah, atau diberi bantuan "kail" yang dengan kail tersebut bisa meningkatkan pendapatannya.
Sesungguhnya Rasulullah merupakan contoh yang sangat baik (uswatun hasanah)
dalam berperilaku mengatur keuangan keluarganya. Beliau pernah menjadi orang kaya, karena semasa hidupnya Rasulullah pernah mensedekahkan kurang lebih 9000 ekor unta dan kuda yang jika dinilai dengan mata uang sekarang kurang lebih senilai 135 milyar.
Dan Rasulullah SAW pun pernah menjadi orang termiskin. Pernah disuatu hari beliau selama 3 (tiga) hari belum makan, sampai-sampai perutnya diganjal dengan batu. Tetapi dalam kondisi apapun baginda Rasulullah SAW tetap santun dan istiqomah dalam beribadah kepada Allah SWT. Semoga Allah SWT meninggikan derajat Rasulullah SAW seperti setiap doa Muslim saat Shalat dan kita dipandaikan dalam mengatur keuangan keluarga dan menghindarkan diri kita dari pola hidup konsumtif. Amin ya robbal alamin.
Thursday, 10 March 2011
Sekilas tentang Saham / Reksadana Saham.
Sebelumnya perlu diketahui apa yang disebut sebagai Asset Konsumtif dan Asset Produktif. Asset Konsumtif adalah asset yang menghabiskan uang (konsumsi). Sebagai contoh misalnya seseorang membeli sepeda motor, kemudian motor digunakan untuk sarana transportasi ke kantor atau ke sekolah. Sedangkan Asset Produktif adalah asset yang mampu "menghasilkan" uang. Contoh yang sama, misalnya seseorang membeli sepeda motor, kemudian motor tersebut digunakan sebagai ojek dimana konsumen membayar jasa transportasi tersebut. Sedangkan Asset Produktif inipun masih harus memenuhi syarat
untuk dapat dikatakan sebagai asset yang benar-benar produktif, yaitu Nilai perolehan dari hasil usaha, bagi hasil, deviden harus lebih besar dari nilai yang dikeluarkan untuk membeli asset tersebut, ditambah dengan memperhitungkan faktor inflasi untuk periode waktu tertentu. Tentunya jika asset tersebut berupa barang, juga memperhitungkan depresiasi (penyusutan). Secara umum Asset Produktif dapat dikatakan sebagai Investasi.
Salah satu jenis Asset Produktif / Investasi adalah Saham / Reksadana Saham
Investasi reksadana saham di Indonesia ada sejarahnya. Saat itu pemerintah mendorong masyarakat untuk berinvestasi di pasar modal. Tujuannya mulia agar pembiayaan perekonomian berasal dari dalam negeri. Sehingga perekonomian Indonesia ditopang dari kekuatan sendiri dan secara tidak langsung mendorong kemajuannya. Kabarnya di negara-negara tetangga, hampir 75% masyarakatnya ‘melek’ investasi di / pasar modal, sedangkan Indonesia mungkin kurang dari 15%.
Nah masalahnya, investasi pasar modal ini harus melalui pembelian saham perusahaan yang harganya tidak murah. Mekanismenya adalah pembelian minimum 1 lot yang terdiri dari 500 lembar saham. Anggap saja satu lembar saham bernilai Rp.3.000,00. Berarti anda harus menyediakan uang minimal 500 x Rp. 3.000,00 = Rp. 1.500.000,00 untuk membeli minimum satu lot saham. Belum ditambah uang administrasi dan management fee untuk pembelian saham yang dibayarkan kepada perusahaan trading.
Pemerintah pun mengatasinya dengan menggalakan bentuk investasi berupa reksadana saham. Yaitu pengelolaan dana yang dilakukan oleh Manajer Investasi (MI), dimana dana tersebut berasal dari berbagai macam investor dan diinvestasikan dalam saham yang dipilih oleh si manajer investasi. Keuntungannya dana yang terkumpul cukup besar karena berasal dari banyak investor. Jadi setiap investor tidak perlu memberikan uang banyak untuk berinvestasi saham, karena ada tambahan dari investor lain. Cukup beli beberapa unit reksadana dimana satu unitnya yang katakanlah harga Rp.3.000,00 dengan tidak ada jumlah minimum pembelian.
Keuntungan lain bagi investor pemula, tidak perlu repot mikir mana saham yang baik dan menguntungkan. Secara otomatis si MI akan mengatur kumpulan (portofolio) saham terbaik dengan membeli saham yang memberikan keuntungan besar tetapi beresiko besar dipadukan dengan saham keuntungan sedang tapi tidak terlalu beresiko. Alhasil portofolio saham kita dapat memberi keuntungan besar tapi beresiko rendah. Selain itu transaksi reksadana belum ada pungutan pajak, jadi relatif masih menguntungkan dibandingkan deposito.
Kelemahannya karena resiko cukup rendah itu, hasilnya juga tidak sebesar saat kita membeli saham tanpa mekanisme reksadana. Ditambah kita tidak dapat menentukan sendiri saham apa yang musti dipilih, karena semua tergantung MI.
Investasi Reksadana Saham ini adalah jenis Investasi Jangka Panjang. Jika dilihat harian, akan membuat investornya kebat-kebit, karena nilainya akan berfluktuasi. Dan naik turunnya saham ini banyak dipengaruhi oleh citra perusahaan saham tersebut di masyarakat luas.
Hasil investasi reksa dana ini ternyata lumayan fantastis. Ilustrasinya adalah sbb: si A menyimpan si reksadana kurang lebih dua tahun. Anggap saja pada saat itu harga satu unit reksadana Rp.3.000,00. Saat ini harga Rp.5.400,00, berarti dalam waktu dua tahun kenaikan 80%, sehingga setahun naik 40%. Sangat jauh dan lebih hebat dibandingkan deposito bunganya cuma 5,5%, atau ORI yang maksimum 9,6% belum dipotong pajak.
Jadi tepat yang dikatakan para analis saham. Bila anda membeli saham, kecuali anda adalah investor yang ahli dalam hal short trading (beli saat harga murah, jual saat harga mahal dalam waktu yang singkat), niatilah untuk simpan sebagai investasi jangka panjang. Jangan perdulikan naik turun saham dalam waktu pendek, karena itu bersifat sementara. Genggam dan berdoalah semoga harganya naik terus
Subscribe to:
Posts (Atom)